Tags
# Militer Timur Tengah
Sebuah ledakan bom mobil di Baghdad timur menewaskan dua warga sipil dan melukai empat lainnya pada peringatan 10 tahun invasi Amerika di Irak (20/3).
SAMO News - Polisi mengatakan sebuah mobil yang diparkir meledak pada jam sibuk Rabu pagi (20/3) di daerah Zayona, Baghdad timur. Seorang petugas medis di sebuah rumah sakit di daerah itu mengukuhkan jumlah korban yang tewas.
Serangan itu terjadi setelah terjadinya serangkaian serangan terkoordinasi di Baghdad, dimana pemberontak melancarkan serangan bom yang menewaskan sedikitnya 65 orang.
Kekerasan telah menurun tajam sejak puncak pemberontakan, tetapi para militan masih mampu melancarkan serangan-serangan yang mematikan.
50 Orang Tewas dalam Beberapa Serangan di Baghdad
Serangan-serangan ini terjadi pada peringatan 10 tahun invasi pimpinan Amerika yang menggulingkan rejim Saddam Hussein.
Petugas bantuan bergegas mencari korban yang selamat – umumnya warga sipil – ketika beberapa bom meledak secara beruntun pada puncak jam sibuk Selasa pagi. Pemeriksaan keamanan pada ratusan pos keamanan di kota itu menimbulkan kemacetan parah di beberapa daerah.
Sejumlah warga mengatakan ini merupakan serangan terbanyak dalam satu hari beberapa tahun terakhir ini.
Beberapa hari sebelumnya, ledakan-ledakan di Irak Selatan menewaskan 10 orang dan beragam serangan terkoordinasi pada gedung-gedung pemerintah di Baghdad menewaskan puluhan lainnya.
Banyak orang melihat serangan-serangan ini sebagai pernyataan kelompok oposisi bahwa perlawanan mereka lewat aksi kekerasan akan terus berlanjut.
Ledakan-ledakan tersebut – yang umumnya terjadi di daerah-daerah yang didominasi warga Syiah – juga meningkatkan kekhawatiran atas gelombang kekerasan berbasis sektarian pada peringatan sepuluh tahun invasi pimpinan Amerika ke Irak. Lebih dari 100 ribu orang tewas semasa perang tersebut, sementara perlawanan bersenjata dan konflik sektarian terus berlanjut.
Konflik itu telah memperburuk ketegangan antara anggota komunitas Sunni dan Syiah di Irak, dan juga dengan etnis Kurdi yang telah memiliki daerah otonomi di Irak Utara.
Para ekstrimis Islam yang berafiliasi dengan Al-Qaeda juga melancarkan serangan untuk melemahkan pemerintah yang dipimpin Syiah.
Kepala Pusat Analisis Politik di Baghdad – Hadi Jallo Made – mengatakan tidak banyak warga Irak yang mau menggunakan kekerasan guna mendorong agenda politik, keagamaan atau ideologi mereka.
Hadi Jallo mengatakan perbedaan-perbedaan semacam itu dapat mendorong kelompok-kelompok ini menuju konflik sektarian. Ia menambahkan kebanyakan rakyat Irak benci aksi kekerasan oleh para milisi dan kelompok dengan ideologi radikal.
Rakyat Irak umumnya – seperti pemilik warung kopi Haitham Bashar – mengatakan kurangnya keamanan kini mengganggu perekonomian, yang masih berjuang untuk pulih dari perang selama puluhan tahun dan sanksi-sanksi ekonomi.
Haitham Bashar mengatakan tidak ada kegiatan ekonomi di pasar karena situasi yang ycangat buruk, tidak adanya keamanan, dan buruknya kebijakan-kebijakan pemerintah dan para politisi.
Sepuluh tahun setelah jatuhnya Saddam Hussein, banyak warga Irak yang marah atas kurangnya keamanan, lemahnya layanan publik dan pertikaian diantara para politisi.
Sebagian warga mengatakan hidup kadangkala lebih baik di bawah kediktatoran brutal Saddam Hussein. Tetapi warga Irak umumnya mengatakan tidak ingin kembali mengalami konflik seperti yang terjadi belakangan ini.
Al Qaida Irak Klaim Gelombang Pemboman di Baghdad
Negara Islam Irak memuat pernyataan cabang al-Qaida di Irak yang dimuat dalam forum-forum jihadis hari Rabu (20/3) terkait klaim tanggung-jawab atas insiden di Baghdad dan sekitarnya dan mengatakan serangan-serangan itu adalah “tahap pertama” yang akan disusul oleh serangan-serangan berikutnya.
Lebih dari sepuluh bom yang meledak di seluruh Baghdad pada jam sibuk Selasa pagi (19/3) juga mencederai lebih 160 orang. Beberapa pemboman juga dilaporkan terjadi di kota-kota di utara dan selatan Baghdad.
Insiden tersebut merupakan salah satu hari yang paling banyak menjatuhkan korban di Irak dalam beberapa bulan, yang terjadi sehari sebelum peringatan 10 tahun invasi yang dipimpin Amerika di Irak.
Bagi Berita Ini
Baca Juga
Label:
Militer Timur Tengah
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar